Dwi Ayuning Tyas
Kedua orangtuaku memasukkan aku ke
sekolah dasar saat aku berumur 7th, disinilah awal ceritaku
dimulai. Saat mulai memasuki bangku SD,
dengan suasana yang baru, guru baru, kelas baru, teman baru, dan mata pelajaran
baru yang belum pernah aku dapat sebelumnya, PPKn lah (Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan) mata pelajaran yang
membuat aku terpanah dan kemudian jatuh cinta dibuatnya. Bagaimana tidak?
Setiap kali ada persoalan dalam mata pelajaran PPKn, selalu bisa aku selesaikan
dengan baik. Yap, pada saat itu PPKn menjadi pelajaran yang mudah. Kemudahan
soal dalam PPKn menjadikan nilaiku selalu penuh, sehingga menjadi mata pelajaran
favoritku. persoalan yang dibahas dalam mata pelajaran PPKn pada waktu itu
hanya meliputi nilai-nilai Pancasila, gotong-royong, toleransi, dan kerukunan.
Ketika disuguhkan soal yang berbentuk pilihan ganda, tanpa perlu berfikir
panjang sudah bisa saya tebak jawabannya dengan benar. Terang saja saya langsung menyilang pilihan jawaban tersebut
karena pilihan yang lainnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan soal.
Walaupun terdapat banyak kemudahan dalam menjawab soal, akan tetapi untuk
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari saya rasa masih sulit jika
tidak selalu dituntun oleh orang yang lebih mengerti. Jelas saja untuk anak
seumur SD lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain.
Menginjak bangku SMP, rasa cinta saya terhadap PKN
(Pendidikan Kewarganegaraan) mulai berkurang. Sedikit yang saya ingat materi
yang disampaikan ketika SMP, salah satunya adalah demokrasi. Mengingat jenjang
SMP setingkat lebih tinggi dari SD, soal-soal yang disajikan juga sudah
mengalami kerumitan sedikit demi sedikit. Ditambah dengan modal pembelajaran
didalam kelas yang membosankan. Dimana siswa hanya menjadi pendengar setia dan
guru menerangkan didepan kelas. Rasa ngantuk dan bosan tidak bisa terelakan,
rasa semangat belajar pun mulai menurun. Setelah guru menerangkan, siswa diberi
persoalan yang kemudian harus dianalisis. Tak lepas dari hafalan pasal-pasal
pula yang saya tidak tau kegunaannya
untuk apa setelah saya mengetahuinya.
Menginjak masa SMA, anehnya rasa cinta saya terhadap mata
pelajaran yang satu ini mulai kembali lagi saat di bangku pertama SD. Padahal,
jika di fikir-fikir dengan jenjang yang lebih tinggi dari SMP tentunya mata
pelajaran ini memiliki tingkatan yang lebih sulit lagi. Mungkin karena metode
belajar yang berbeda yang membuat saya semangat lagi. Presentasi dan diskusi
adalah metode yang sampai saat ini paling saya sukai. Mengapa? Saya tipe orang
yang suka mengutarakan pendapat. Contohnya, saat membahas materi globalisasi. Globalisasi memiliki cakupan yang sangat luas. Dengan metode diskusi, saya merasa lebih hidup
didalam kelas. Presentasi, mau tidak mau kita sebagai narasumber harus mempelajari
apa yang akan dipresentasikan. So, dengan cara seperti itu, memaksa kita untuk
mau melawan rasa malas kita dan lebih memperdalam materi yang akan kita
sampaikan nantinya. Selain itu, implementasi secara langsung juga bisa saya
rasakan menginjak masa SMA. PKN mengajarkan kita untuk berfikir kritis dalam menghadapi segala sesuatu secara glob Yap, itulah
gambaran kronologis kecintaan saya terhadap PKN. Ada kalanya kita merasa jenuh
tentang materi-materi yang ada di pelajaran PKN. Tapi percayalah, dibalik itu
semua, ada manfaat yang akan kita dapatkan.