Minggu, 27 Desember 2015

BUAH HATI TERSAYANG YANG TERABAIKAN

          Kisah ini saya ambil dari kisah nyata yang namanya telah saya samarkan. Kisah ini menceritakan tentang kasih sayang orangtua yang tidak adil kepada anaknya.  Sebut saja keluarga Bapak Sani. Pak Sani bekerja sebagai satpam di salah satu hotel yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya. Rumah Pak Sani berada di daerah perkampungan. Namun, letaknya sangat strategis. Istri Pak Sani bernama Ibu Nurhayati ( nama disamarkan ). Tadinya, Ibu Nurhayati bekerja sebagai penjahit di pabrik yang lokasi kerjanya lumayan jauh dari kediamannya, Ibu Nurhayati berhenti bekerja karena hamil. Ketika usia kandungannya mencapai 6 bulan, Pak Sani menyuruhnya untuk berhenti bekerja. Pak Sani tinggal bersama seorang istri dan tiga orang anaknya. Anak pertamanya bernama Amar ( nama disamarkan ), yang saat ini sedang menduduki bangku sekolah kelas dua SMP. SMP dimana Amar mengenyama pendidikan, lokasinya tidak jauh dari kediaman Pak Sani. Umur Amar berkisar antara 13-14 tahun. Anak keduanya bernama Amir ( nama disamarkan ), saat ini sedang menduduki bangku sekolah kelas tiga Madrasah Ibtidaiyah. MI dimana Amir mengenyam pendidikan, lokasinya sedikit ke barat dari kediaman Pak Sani. Umur Amir berkisar antara 8-9 tahun. Dan anaknya yang ketiga bernama Arsil, yang masih berumur dua tahun.
          Ketiga putra Pak Sani memiliki karakteristik dan kepribadian yang berbeda. Tentu, karekteristik tersebut hanya dapat dibandingkan pada Amar dan Amir, karena Arsil masih balita sehingga belum dapat diketahui bagaimana kepribadiannya. Amar memiliki karakteristik yang sangat bertolak belakang dengan Amir. Amar terkenal pendiam, pintar, dan kreatif. Sedangkan Amir terkenal cerewet, pemalas, dan menghabiskan sepanjang harinya untuk bermain. Dari sejak kelas satu hingga kelas enam MI, Amar selalu masuk kedalam nominasi siswa yang berprestasi dan tidak jarang pula menduduki peringkat satu. Berjajar piala menghiasi meja belajarnya, yang terus dan terus menjadi motivasi baginya untuk tetap maju menjadi siswa yang berprestasi.
Suatu hari, ketika saya sedang belajar, Bu Nurhayati memanggil saya guna meminta bantuan. Saya Tanya, “Ada apa bu?” . Lalu, Bu Nurhayati menjawab, “Amar menangis karena ia tidak bisa mengerjakan PR matematika yang sudah diberikan oleh gurunya, bisakah kamu membantu?”. Cuplikan percakapan diatas adalah sebagai gambaran bahwa Amar adalah anak yang rajin. Anak kecil tentu tidak akan malu untuk mengekspresikan apa yang ia rasakan. Begitu pula dengan Amar. Karena tidak bisa mengerjakan salah satu tugas rumah yang diberikan oleh gurunya, dia menangis. Dengan jenjang pendidikan yang tidak terlalu tinggi, Pak Sani dan Bu Nurhayati memutuskan untuk mendaftarkan Amar ke bimbingan belajar agar dapat mengkonsultasikan tugas-tugas sekolahnya.
          Berbeda dengan Amar, Amir bersikap acuh terhadap tugas-tugas sekolahnya. Tak ada seorang pun yang ditakutinya. Kenakalannya melebihi batas, sehingga tak jarang saya mendengar Amir selalu dimarahi oleh kedua orang tuanya. Amir iri kepada Amar karena ia tidak didaftarkan juga untuk mengikuti bimbingan belajar. Akhirnya, Amir mogok belajar. Lalu, kedua orangtuanya memutuskan untuk mendaftarkan Amir pula, dengan syarat Amir tidak boleh nakal dan harus serius dalam belajar. Pada hasil akhirnya, Amar mendapatkan nilai yang rata-rata semuanya bagus, namun Amir tidak demikian.
          Ibunya memarahi Amir. Amir yang berwatak keras lantang saja melawan ibunya. Dan tak heran, ketika orang tua dan anak ini bertengkar, Bu Nurhayati selalu membanding-bandingkan Amar dengan Amir. Dan ini, kejadian yang saya lihat sendiri ketika Amir marah, Pak Sani makin mengolok-oloknya. Hal itu semakin membuat Amir berlaku tidak sopan kepada Ayahnya. Sudah terjadi hal seperti itu pula, Pak Sani bukannya malah menenangkan Amir, justru malah mengatainya sebagai anak yang bodoh, tidak tau diuntung, yang hanya menyusahkan kedua orang tua saja. Perkataan yang tidak sepantasnya dilontarkan untuk anak yang masih kecil, yang masih membutuhkan arahan, nasihat, dan bimbingan.
          Amir selalu ingin menjadi seperti Amar, yang tidak pernah disalahkan kedua orangtuanya. Untuk anak seusia Amir, harusnya orangtua menyadari bahwa Amir akan bisa berubah jika mereka para orangtua mengubah cara mendidiknya. Amir yang berwatak keras harus di didik dengan cara yang lembut dan dengan  kasih sayang. Pantas saja untuk anak seusia Amir berbuat nakal, tapi sebagai orang tua tetap harus bersikap bijak dengan selalu dan selalu mengarahkan ke jalan yang benar. Dengan selalu di arahkan, anak akan menjadi terbiasa melakukan sesuatu yang baik pula. Yang mana, kesabaran sangat dibutuhkan dalam mendidik dan membesarkan anak agar menjadi anak yang berhasil dan taat kepada kedua orang tuanya.

          Inilah hak asasi seorang anak yang tak pernah diberikan oleh orang tua Amir. Saran saya, dalam setiap keluarga, anaklah yang menjadi ujian bagi kedua orang tuanya. Anak adalah harta yang paling berharga. Meskipun masing-masing orang tua memiliki seorang anak yang menjadi kebanggaan, namun akan lebih bijak jika tak diperlihatkan ke anak yang lain. Ini menjadi penting. Agar seorang anak yang tidak menjadi kebanggaan tetap merasa dirinya penting didalam keluarganya. Dan saya sangat yakin, tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya. Jikalau itu ada, mungkin hati nuraninya masilah belum terbuka dan belum menyadari bahwa anak adalah sosok yang tak ternilai harganya. Tidak semua orang yang telah berkeluarga bisa memiliki anak, oleh karena itu orang tua harus bisa mendidik anaknya sebaik mungkin, agar menjadi anak yang sukses dunia dan akhirat.

JANGAN AMBIL HAK KU. JIKA AKU SALAH MAKA BENARKANLAH.

Dwi Ayuning Tyas

Kisah ini saya ambil dari kisah nyata, tentang hak seseorang yang terambil. Sebut saja Mawar dan Melati. Mawar dan Melati  memiliki karakteristik sifat yang sama-sama emosional. Meskipun melati memiliki sifat yang emosional akan tetapi melati masih bisa mengendalikan diri dan masih bisa menjaga perasaan orang lain. Dibanding dengan Melati, Mawar memiliki sifat emosionalnya lebih tinggi dan terkadang tidak menjaga perasaan orang lain. Semua perkataan yang keluar dari mulutnya, terlontar begitu saja tanpa memikirkan dampaknya.
 Suatu hari, ketika proses pembelajaran sedang berlangsung didalam kelas, dosen pembimbing menugaskan untuk membagi beberapa kelompok menjadi masing-masing empat orang. Dan ternyata, Mawar dan Melati tergabung menjadi satu kelompok. Karena mata kuliah ini belum pernah didapatkan saat SMA maupun SMK, tentu terdapat kesulitan-kesulitan dalam mengerjakannya. Belum lagi waktu mengerjakan yang cukup singkat, ditambah dengan tugas-tugas mata kuliah lainnya, ditambah lagi tuntutan dari dosen yang mengharuskan pembuatan makalahnya harus berdasarkan dengan jumlah referensi yang telah ditentukan. Tentu, seharusnya menjadi sebuah kemakluman apabila pengerjaan dalam tugas kurang maksimal, meskipun pengerjaannya sudah dilakukan semaksimal mungkin.
Mawar meminta hasil pembagian tugas kepada Melati dan dua orang teman lainnya. Ketika Melati mengumpulkan tugasnya dan dilihat oleh Mawar, Mawar mencela pekerjaan melati habis-habisan tanpa memberitahu Melati dimana letak kesalahannya. Mawar beranggapan bawah dirinyalah yang paling pintar diantara kelompoknya. Melati pun sakit hati atas ucapan Mawar hingga airmatanya tak dapat dibendung lagi. Kerja kelompok yang seharusnya bernilai positif dengan saling belajar dan memahami materi bersama-sama justru menjadi diskriminasi sosial. Tak ada kata maaf yang terlontar dari mulut Mawar yang dapat menghapuskan luka yang telah tergores dihati Melati.
Karena lidah tidak bertulang, semua kata terlontar begitu saja. Alangkah baiknya, ketika kita ingin menyampaikan sesuatu ke orang lain, maka sampaikanlah dengan cara yang baik, sopan, dan santun. Sebagaimana kata pepatah Siapa yang Menabur Dia Akan Menuai, siapa yang menyakiti hati orang lain, nantinya juga akan tersakiti. 


INI KISAH KU DENGAN PKN. MANA KISAHMU?

Dwi Ayuning Tyas

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang selalu ada di setiap jenjang pendidikan. Sejak SD/MI, SMP/Tsanawiyah, SMA/Aliyah kita sudah diajarkan mengenai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dari sini dapat dilihat, bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dan patut untuk diperhitungkan. Pendidikan Kewarganegaraan diberikan diberbagai jenjang / tingkat pendidikan yang tujuannya tidak lain untuk mencetak para tunas bangsa agar memiliki wawasan yang luas. Tidak hanya itu, Pendidikan Kewarganegaraan juga bertujuan agar kita dapat mengetahui ideologi bangsa, sistem pemerintahan Negara kita, undang-undang yang mengatur Negara kita beserta pasal-pasalnya, bahkan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kita juga diajarkan sistem pemerintahan Negara lain. Secara umum, tujuan adanya mata pelajaran PKN di setiap jenjang pendidikan yaitu mempersiapkan warga masyarakat untuk mampu berfikir kritis dalam menghadapi berbagai persoalan serta bertindak demokratis.
Berdasarkan pengalaman pribadi yang telah saya alami, Pendidikan Kewarganegaraan atau yang lebih sering kita sebut dengan PKn adalah mata pelajaran yang boleh dibilang membosankan dan bisa juga dianggap menyenangkan, tergantung bagaimana guru dalam menyampaikan mata pelajaran tersebut dan tergantung pula kepada siswa-siswanya untuk menganggap PKn sebagai mata pelajaran yang menyenangkan. MI / SD adalah jenjang pertama kali saya mendapatkan mata pelajaran PPKn, pada saat itu PPKn adalah mata pelajaran favorit saya. kemudahan soal yang diberikan menjadikan nilai saya selalu sempurna pada mata pelajaran ini. Saat duduk di bangku MI, pelajaran diberikan dimulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Materi pelajaran yang masih saya ingat hingga sekarang, yang telah saya pelajari selama di MI tidak lain meliputi gotong royong, toleransi, mengamalkan nilai-nilai Pancasila, dsb. Soal yang diberikan pada jenjang MI/ SD tentu diberikan dalam taraf yang tidak terlalu susah dan tidak terlalu rumit, mengingat masa MI/SD adalah masa-masa dimana bermain adalah hal yang paling disenangi oleh anak-anak. Maka dari itu, tipe soal yang disajikan dalam mata pelajaran PPKn berhubungan dengan kehidupan anak-anak dalam kehidupan sehari-hari.
Dapat saya contohkan soal PPKn untuk taraf MI/SD misalnya, “Ketika ada seorang nenek hendak menyebrang jalan, apa yang akan kamun lakukan?” dan pilihan jawaban yang diberikan misalnya saja membantu menyebrang, membiarkan, hanya melihatinya saja. Contoh lain misalnya saja, “Ketika bermain bersama temanmu dan temanmu berbuat curang, apa yang akan kamu lakukan?” dan pilihan jawaban yang diberikan misalnya, melarangnya ikut bermain lagi, menasehatinya, mengolok-oloknya. Itulah beberapa contoh pertanyaan dan pilihan jawaban untuk mata pelajaran PPKn pada taraf SD/MI.
Terlepas dari jenjang MI, dan berlanjut ke jenjang SMP, Pendidikan Kewarganegaraan juga diberikan selama tiga tahun. Pada saat saya duduk dibangku SMP, Pendidikan Kewarganegarann dikenal dengan sebutan PKN. Mengingat jenjang SMP setingkat lebih tinggi dari tingkat MI, maka materi yang diberikan juga sedikit lebih luas dan tingkat kerumitannya bertambah, menjadikan kecintaan saya terhadap PKN mulai berkurang. Soal-soal yang dipaparkan sudah mulai mencakup aspek yang lebih luas dan lebih mendalam. Materi yang diajarkan ketika SMP yang masih saya ingat hingga sekarang meliputi Proklamasi Kemerdekaan, Norma dalam Kehidupan, Daerah Otonom, Demokrasi, Pemilu, dsb. Saat SMP, saya tidak begitu menyukai pelajaran PKN. Karena cakupannya lebih luas, serta tingkat persoalan yang bertambah rumit ditambah lagi dengan pembelajaran yang sifatnya monoton. Diamana guru hanya menjelaskan panjang lebar materi didepan kelas tanpa memberikan pembelajaran yang menarik. Jelas saja, pelajran PKN menjadi sangat membosankan. Pada saat itu, guru kelas tidak banyak memberikan persoalan, sehingga saya sebagai siswa tidak bisa menemukan bagaimana pemecahannya. Banyak materi yang tidak saya mengerti, alhasil saya mendapati kesusahan dalam menjawab soal ketika ujian. Walaupun nilai saya tidak sebagus ketika saya duduk diabngku MI tapi saya tetap bersyukur karena nilai saya selalu diatas KKM.
 Dari jenjang SMP dan kemudian beralih ke satu jenjang yang lebih tinggi dari SMP, dan dua jenjang lebih tinggi dari MI yakni SMA. Pendidikan Kewarganegaraan juga diberikan saat saya duduk ditingkat SMA. Di SMA tempat saya mengenyam pendidikan, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diberikan baik di jurusan IPA, IPS, maupun Bahasa. Jenjang SMA merupakan jenjang terakhir untuk tingkat sekolah. Mengenyam pendidikan selama tiga tahun di SMA, tidak terlepas juga dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bedanya, ketika saya belajar PKN ditingkat SMA, tidak sesulit belajar PKN ditingkat SMP. Materi yang masih saya ingat hingga saat ini meliputi Hakikat Bangsa dan Negara, Nasionalisme, Budaya Politik, Masyarakat Madani, Sistem Pemerintahan di Negara Indonesia Maupun Sistem Pemerintahan di Negara lain, Sistem Hukum, Hak Asasi Manusia, Hubungan Internasional, Sikap Keterbukaan dan Keadilan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Globalisasi, dsb. Walaupun pembahasannya jauh lebih luas dan persoalannya jauh lebih rumit dari tingkat sebelumnya, tapi saya merasa senang untuk mempelajari mata pelajaran PKN. Itu semua karena guru saya telah berhasil mengemas PKN menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik, sehingga menjadi tidak bosan untuk mempelajarinya. Berbagai cara mengajar dicoba agar kami sebagai siswa tidak beranggapan bahwa mempelajari PKN bukanlah sebuah beban, justru akan menambah wawasan pengetahuan kita tentang kewarganegaraan. Mulai dengan belajar dan tugas berkelompok, menjadikan games sebagai metode belajar yang mengasyikkan, memberikan reward bagi siswa yang rajin, memberikan hukuman yang bersifat mendidik dengan cara melatih pengetahuan, ketangkasan, dan kecepatan dalam menjawab, dan yang kalah diberikan hukuman untuk memperagakan sesuai dengan materi yang diajarkan pada saat itu. Alhasil, dengan metode belajar yang seperti itu mengubah maindset kami sebagai siswa bahwa belajar PKN adalah hal yang rumit dan membosankan menjadi hal yang menyenangkan dan menarik untuk dipelajari.
Lulus dari SMA, dan melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Negeri, saya juga bertemu dengan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Di semester satu ini yang saya pelajari mengenai mata kuliah PKN  mengenai asal usul Kewarganegaraan.
Urgensi mata pelajaran PKN dalam kehidupan sehari-hari agar kita sebagai tunas bangsa mampu menciptakan kebangsaan nasional, mengaktualisasikan tata nilai, membentuk karakter, memahami hak, kewajiban, dan batasan-batasannya, serta memahami proses sosial.
Manfaat yang bisa saya rasakan selama 13 tahun dalam mempelajari PKN yakni saya mampu berfikir kritis dalam menyikapi berbagai masalah kewarganegaraan, melaksanakan Pemilu sesuai dengan asasnya, yakni LUBERJUDIL (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil), melahirkan tunas bangsa yang tidak buta akan ilmu pengetahuan, terutama mengenai kewarganegaraan bangsanya sendiri, masyarakat dapat mengetahui, bahwa politik harus terbuka dan transparan agar tidak terjadi penyelewengan kekuasaan, serta rakyat dapat memamtau jalannya sistem politik.

Itulah berbagai pemaparan tentang pengalaman pribadi saya mengenai mata Pelajaran PKN beserta urgensi dan manfaatnya yang pernah saya dapatkan saat saya duduk dibangku MI hingga bangku perkuliahan.

INDONESIA NEGERI TERCINTA


Dwi Ayuning Tyas


Indonesia ku...
Negeri yang indah nan permai...
Negeri yang elok nan asri...
Negeri yang aman nan tentram...

            Tapi itu dulu...
            Dulu...
            Sebelum ada tangan-tangan kotor yang menyengsarakan...
            Sebelum nilai-nilai garuda terabaikan...
            Sebelum nilai dan norma teracuhkan...

Inilah Indonesia...
Negeri yang serba ada...
Yang kaya semakin membabi buta..
Yang miskin semakin merakyat jelata..
Yang dipercaya berkhianat..
Yang mempercaya pun terlaknat..

            Bangkitlah indonesia ku..
            Bangkit dari keterpurukan ini..
            Bangkit dari kesengsaraan ini...
            Jayalah bumi pertiwi...
            Jayalah tanah pusaka...


LATIHAN SOAL KELAS 2 BAB TEMPAT HIDUP MAKHLUK HIDUP

A. BERILAH TANDA SILANG (X) PADA HURUF A, B, ATAU C PADA JAWABAN YANG BENAR! 1. Hewan ada yang hidup di darat dan ada yang hidup di ... a....